Inovasi oleh Oly

Oleh: Sugeng Sugiharto (1108)    16 tahun yang lalu

  0 

Iseng melakukan inventarisasi innovasi Oly di bidang ke –SLR-an

  • First Small SLR, Olympus PenF. Pen series ini memicu terjadi adu kecil untuk kamera SLR, tidak perduli apapun format opticnya. Pentax Auto 110 lebih kecil, tapi lahir belakangan dan lebih terbatas kemampuannya dan juga range lensanya.
  • First smaller format than 135 (PenF). Sebelum APS diperkenalkan, Pen series sudah menggunakan frame yang cuma ½ dari frame film 135. Dan dengan sendirinya rationya menjadi 4:3 (Jadi boleh dikata ini adalah nenek moyangnya 4/3). Pen series ini sedemikian populer, sampai laku lebih dari 17 juta biji di tahun 60-an. Untuk mengimbangi mutu SLR 135, dimana untuk mencapai mutu cetakan yang sama, halfframe terpaksa harus diperbesar lebih banyak, lensa Pen series pada saat itu harus memiliki resolving power yang kuat. 75 lp/mm adalah hal biasa bagi lensa PenF. Saat itulah lensa zuiko mulai membangun nama besarnya (Zuiko Pen)
  • first rotary titanium shutter (Pen F), bukan seperti focal plane shutter yang biasa kita pake sekarang.
  • first direct TTL metering (OM-2). Berbeda dengan metering yang biasa kita pake saat ini, metode direct TTL metering ini mengukur exposure saat shooting. Detector mengukur pantulan cahaya dari film saat shutternya dipencet. Kebayang ngga kalau kita pake sekarang di digital, asyik sepertinya. Ngga sampai blown, sudah nutup mirrornya.
  • first on the film (OTF) TTL flashing. Menggunakan direct TTL metering, flash akan berhenti saat exposure sudah cukup.
  • first, dan tampaknya juga masih satu-satunya, multispot metering. 8 spots pada OM4
Digital age
  • first DSLR with liveview (E-10)
  • first hybrid scanning system (E-10), bisa liat OVF sekaligus LCD. Saat shutter dipencet, OVF anda ngga “blank” (CMIIW). Karena ngga pake mirror, E10 (dan E20) adalah kamera DSLR (tapi ngga interchangeable) yang paling senyap suara shutternya.
  • first in camera pixel mapper(E-20), only Olympus dan Sony/KM yang mengaplikasikan feature ini. Yang lain kudu ke service center.
  • first antidust system (SSWF) dan masih paling galak terhadap debu
  • first in-camera RAW editor (E-1)
  • first manufacturer yang menggunakan 20 lp/mm dan 60 lp/mm untuk mengukur performa lensanya. Konsekwensi format yang cuma ½ (diagonal) dari format 135, jadinya terpaksa kudu pake 2x resolving power acuan. Pany sendiri memakai 20/40 mungkin karena mereka tidak mendapat instrumen yang memadai dan sepertinya Oly membuat sendiri instrumen pengujinya.
  • first dual aspherical surface element didalam lensa SLR (EZ 14-54). Lensa aspheris sudah sangat panjang riwayatnya, karena para viking sudah membuatnya pada abad ke 11 AD (walaupun ngga pake dasar science blass, cuma karena pengalaman saja). ZEISS yang pertama melakukan komersialisi lensa aspheric untuk produk lensa kacamata (abad 19). Dan Oly yang membuat elemen dengan dual sided aspheris untuk pertama kali.
  • first ED glass aspherical surface (ED 7-14). Lensa alasan :” kenapa harus fourthirds :D?,” ED lens punya sejarah yang tidak sepanjang aspherical lens, ZEISS (lagi…lagi….ZEISS), menggunakan elemen apochromatic di microscopenya pada abad ke 19 AD. Oly menggabungkan ED element dan aspherical element menjadi satu element pada abad ke 21 ini di lensa copotan DSLR.
  • first shadow control and hilite control spot metering (E-500)
  • first dan satu-satunya F/2.0 zoom. (ED 35-100). Lensa impianku dan sekali lagi :”kenapa fourthirds:D .”
Sampai segitu dulu, kalau ada yang nambah, monggo. Kalau ada yang mau koreksi, silahkeun.
Belum ada komentar